Kamis, 28 Oktober 2010

Sebelum Merapi Meletus, Mbah Maridjan Diam saat Sosialisasi

Mbah Maridjan.
Dua hari sebelum Gunung Merapi meletus, ternyata Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, telah mensosialisasi kepada Mbah Maridjan dan warga sekitar Desa Kinahrejo untuk segera meninggalkan rumahnya terkait rawannya kondisi Merapi saat itu. Hanya saja, Mbah Maridjan tak memberikan komentar.

“Sosialisasi dilakukan di rumah Mbah Maridjan pada hari Sabtu, dua hari sebelum letusan. Hanya saja publik dan media tak mengetahui ini,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandriyo kepada Tempo di Gedung BPPTK, Kamis, (28/10). Pemberitahuan itu sebagai upaya maksimal dari BPPTK untuk menghindari jatuhnya korban akibat luncuran wedhus gembel Gunung Merapi.

Sosialisasi sengaja dilakukan di rumah Mbah Maridjan lantaran Mbah Maridjan dinilai sebagai tokoh panutan. Hanya saja, saat mereka menyampaikan sosialisasi tersebut, Mbah Maridjan hanya diam saja.

Subandriyo mengatakan Kinahrejo menjadi obyek sosialisasi mereka lantaran sudah memperkirakan kawasan ini akan terkena luncuran wedhus gembel. “Karena energi eksplosifnya mencapai tiga kali lipat,” kata Subandriyo. Dia tak menampik bahwa Kinahrejo baru pertama kalinya “disentuh” wedhus gembel.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono mengakui luncuran awan panas pada letusan Merapi tahun ini paling besar sejak satu abad terakhir. “Kalau sebelumnya luncuran awan panasnya hanya maksimal mencapai 6 kilometer, sekarang mencapai 8 kilometer,” ujarnya.
Desa Kinahrejo yang menjadi kediaman Mbah Maridjan, menurut catatan Surono, juga tidak pernah terkena luncuran awan panas. “Merapi memang punya bahasa tubuh sendiri, tidak bisa diprediksi,” katanya.

0 komentar:

Posting Komentar

Web Hosting